SEMARANG, OTOBIKES
Poniman seorang pria renta yang mengalami lumpuh dan hidup sebatang kara selama setahun itu kini dievakuasi ke Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading. Sebelumnya, Poniman hanya mengandalkan belas kasihan warga untuk menyambung hidupnya. Bahkan dia tinggal menumpang di sebuah bedeng yang dibuatkan oleh warga Kelurahan Karanganyar Gunung, Candisari Kota Semarang.
Untuk mencapai gubugnya, harus melalui jalan kecil yang terhimpit rumah warga. Setelah berjalan kurang lebih tiga meter, bedeng yang ditempati Poniman terlihat sangat sederhana dengan ukuran sekitar 3×2 meter, bahkan dinding bedeng pun terbuat dari lembaran kayu. Atapnya dari seng dan di dalamnya ada sebuah dipan berlapis karpet tempatnya berbaring. Sementara kamar mandi ada di sebelah kiri bedeng.
Kepala Panti Pelayanan Sosial Anak Mandiri Erry Raharjono menyebutkan, Poniman akan dipindahkan ke Panti Sosial milik Pemerintah Provinsi Jateng. Nantinya Poniman akan dibawa menuju fasilitas pelayanan lansia di Pucang Gading.
“Selanjutnya akan dipenuhi kebutuhan dasar mulai dari makan, ada layanan konseling, senam sehat, makanan tambahan berupa puding dan pakaian,” ujarnya Sabtu 14 Agustus 2021.
Menurut dia, Poniman sebelumnya adalah penerima manfaat Kartu Jateng Sehat (KJS). Saat penyaluran kedua, yang dilakukan Kepala Dinsos Jateng Harso Susilo, pun meminta Poniman dirawat di panti sosial milik Pemprov.
“Nanti Pak Poniman akan dirawat sampai seterusnya. Semisal punya umur panjang ya selama itu akan dirawat,” imbuhnya.
Erry mengatakan, hingga saat ini terdapat 87 penghuni rumah pelayanan lansia sosial di Pucang Gading. Dari jumlah itu, 33 di antaranya perlu penanganan lebih lanjut karena faktor usia dan keterbatasan gerak.
“Kalau untuk KJS nya Pak Poniman akan dialihkan ke orang lain. Karena di sini sudah dipenuhi dan disupport kehidupan sehari-hari,” tandasnya
BACA JUGA : Ganjar Pranowo Ziarah ke Makam Soegiarin, Jurnalis yang Punya Kisah Heroik Dimasa Penjajahan
Ditempat yang sama, salah seorang warga Nardianto menceritakan, bahwa bedeng yang ditempati Poniman itu menempati lahan milik warga. Bahkan bedeng tersebut dibuatkan warga secara bergotong royong.
“Sejak kecil Poniman memang tinggal di sini, Ia diangkat anak oleh seorang warga. Namun, semenjak keluarga angkatnya meninggal ia akhirnya kehilangan tempat bernaung,” ujarnya Sabtu 14 Agustus 2021.
Setelah kematian keluarga angkatnya, sambung Nardianto, Poniman kemudian bekerja serabutan sebagai penjaga rumah kosong dan buruh.
“Sejak setahun ini dia (Poniman) mengeluh sakit di boyok (punggung,red). Kalau dibuat duduk dia mengeluh sakit, Karena sakitnya itu, akhirnya dia tak bisa berkegiatan,” jelasnya.
Dia menyebutkan, oleh karenanya warga pun berinisiatif untuk iuran sebesar Rp 12 ribu per perbulan untuk setiap Kepala Keluarga, uang iuran tersebut untuk membayar seorang perawat yang mengurus Poniman. Bahkan, warga juga bergiliran setiap hari untuk memberi makan,
“Yang merawat Poniman ya saya, setiap hari saya mengambil makanan dari warga kemudian saya antarkan. Lalu kalau dia mau mandi saya bopong. Kalau buang kotoran, saya yang buang dan bersihkan,” paparnya. (Solikun)