OTOBIKES – Elektrifikasi terus digiatkan oleh pemerintah. Bambang Soesatyo selaku ketum MPR RI bahkan mengajak komunitas kendaraan listrik Dewata EVi Association untuk mengajak masyarakat agar bermigrasi ke kendaraan listrik.
“Saat ini, tren industri otomotif dunia semakin mengarah pada pengembangan industri kendaraan listrik. Apalagi, ketersediaan sumber daya minyak dan gas sebagai bahan bakar kendaraan konvensional semakin menipis. Karenanya, butuh partisipasi semua pihak untuk mempercepat migrasi kendaraan konvensional berbahan bakar minyak ke kendaraan bermotor listrik,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet saat menerima General Manajer Motor Listrik Gesit Bali, Sari Suryati dan Komunitas Kendaraan Listrik Dewata EVi Association (DEVA) di Bali, Rabu (15/9/21).
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) juga mengatakan, hal ini merupakan bagian dari cara untuk mendukung kebijakan pemerintah melalui Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB) untuk Transportasi Jalan.
Baca juga: Pemerintah Dukung Perluasan SPKLU Fast Charging di Seluruh Indonesia
Selain itu pula, ajakan kepada masyarakat untuk bermigrasi ke kendaraan listrik juga memiliki banyak manfaat. Bukan saja ramah lingkungan, penggunaan kendaraan niremisi juga mampu mengurangi subsidi BBM yang semakin lama terus meningkat.
Dikatakan Bamsoet, berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), hingga akhir tahun 2020 sedikitnya ada 143,75 juta unit motor berbahan bakar minyak di Indonesia. Sedangkan, jumlah kendaraan mobil penumpang, mobil bus dan mobil angkutan barang berbahan bakar minyak yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun 2018 lalu sudah mencapai 19,8 juta unit.
“Akibatnya, subsidi BBM terus meningkat. Dalam rentang waktu 2014-2019 saja, jumlah subsidi BBM mencapai Rp 700 triliun. Di APBN 2021, subsidi untuk BBM jenis tertentu mencapai Rp 16,6 triliun,” papar ketua DPR RI ke-20 itu.
Tidak hanya itu, Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini juga menambahkan, tingkat kematian akibat polusi udara di Indonesia juga cukup tinggi. Menurut Greenpeace, angka kematian dini akibat polusi udara di Indonesia sejak 1 Januari 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 9.000 jiwa.
“Tidak ada alasan untuk tidak segera bermigrasi ke kendaraan listrik. Perawatan rendah, subsidi BBM bisa dialihkan ke sektor lainnya, serta polusi udara menurun. Jika tidak digencarkan sejak dini, Indonesia bisa tertinggal dari negara maju lainnya,” pungkas Bamsoet.