Home » Touring Seru di Desa Trunyan, Desa Mistis yang Kental akan Adat Tradisi dan Keunikan Budaya » Halaman 2

Touring Seru di Desa Trunyan, Desa Mistis yang Kental akan Adat Tradisi dan Keunikan Budaya

by admin

Lain lagi peruntukan di Sema Nguda. Tempat ini ialah pemakaman khusus bagi orang-orang yang berstatus belum menikah dan anak-anak meketus. Mereka semua dimakamkan secara Mepasah. Namun di sini juga jadi tempat penguburan bagi anak-anak bayi yang belum memasuki fase meketus dan dimakamkan dengan cara kubur tanah. Lokasi kompleks pemakaman terbilang susah dicapai karena pantainya curam, berada di antara desa induk Belongan Trunyan dan lokasi kompleks makam Sema Wayah.

Selain itu orang Hindu-Trunyan sendiri memiliki dua upacara kematian: Ngutang Mayit dan Ngaben atau Pengabenan. Bagi mereka ritual Ngutang Mayit saja belumlah cukup. Pasalnya, jiwa atau roh si mati belum dapat dibebaskan sepenuhnya dari ikatan badan kasarnya. Si mati belum bisa menuju ke Dalem (dunia orang mati) untuk dari sana bereinkarnasi dan terlahir kembali di Trunyan. Oleh karena itu, kewajiban bagi keluarga ialah melakukan upacara kematian atau penyucian tahap kedua bagi mereka yang telah meninggal.

Menurut keyakinan eskatologis Hindu-Trunyan, bagi orang-orang yang dimakamkan di Sema Nguda, maka keluarga yang ditinggalkan tidak perlu mengadakan upacara Ngaben. Orang-orang yang belum menikah, teruna (bujangan) maupun debunga (perawan) dan anak-anak kecil yang telah masuk fase meketus maupun belum, dianggap masih suci. Mereka bisa serta merta kembali ke kawah (surga), tanpa harus disucikan kembali melalui Ngaben. Mereka ialah golongan yang disayangi Ratu Sakti Pancering Jagat, sehingga tidak perlu mengalami reinkarnasi lagi ke bumi (Trunyan).

Baca Juga: 5 Wisata Bali yang Cocok di Kunjungi Saat Touring

Untuk keperluan ritual Pengabenan, dibuatlah lambang-lambang jenasah. Disebut prerai, ialah semacam representasi simbolik dari mereka yang hendak di-aben-kan. Bentuknya ialah boneka terbuat dari kayu cendana dan boneka terbuat daun lontar. Selain itu, juga dibuat alat pengangkutnya yang disebut wadah. Berbentuk sebuah bangunan bertingkat dua, diberi hiasan atau simbol kepala raksasa (kala) yang disebut boma. Prerai dari kayu cendana diletakkan pada wadah bagian tingkat atas; prerai dari daun lontar diletakkan pada wadah di bagian bawah.

BACA JUGA :  Performa Buas, Voxan Wattman Ciptakan Rekor 456 km/Jam

Setelah melalui serangkaian ritual panjang sebagaimana pada sesi ritual Ngutang Mayit, maka prerai berbahan kayu cendana ini kemudian dibawa menuju ke Sema Wayah. Di sana prerai ini juga di-mepasah-kan, yang bermakna dia yang di-aben-kan ini telah dimakamkan kembali untuk kedua kalinya. Sedangkan prerai berbahan daun lontar dibawa pulang oleh keluarga masing-masing. Prerai ini kemudian diletakkan di bagian ruangan rumah yang disebut amben tengah untuk selalu didoakan di sana selama setahun.

Baca Juga: 7 Wisata Pegunungan yang Cocok untuk Sobat Otobikes

Mitos lain juga mengatakan kalau mayat orang yang semasa hidupnya baik maka mayatnya akan cepat membusuk, demikian sedikit ulasan tentang Desa Trunyan yang bisa jadi referensi untuk sobat Otobikes petualang misteri.

Berita Terkait

Leave a Comment

* By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.