Tjetjep sudah tidak sabar menyaksikan MotoGP dan mendengarkan deru mesin kuda besi langsung dari Sirkuit Mandalika.
“Saya terus mengikuti (perkembangan) MotoGP. Kalau ada balapan, saya nonton di TV aja. Sekarang akan nonton langsung, gerung-gerungnya (suara motor) pasti beda,” ucap Tjetjep.
Kecintaan Tjetjep pada balap motor sudah muncul sejak usia 13 tahun. Ia secara otodidak belajar banyak hal untuk mengasah kemampuan balapnya. Salah satunya belajar ke Jerman dan Italia untuk mempelajari mengenai mesin motor.
Ada banyak trofi yang Tjetjep raih selama berkarier sebagai pembalap motor. Ketika ditanya jumlah medali dan trofi yang pernah diraih, ia mengaku tidak ingat seratus persen. “Sekitar 110 medali. Tapi, sekarang cuma ada 10 kalau tidak salah,” katanya.
Baca Juga : Bisakah Perempuan Membalap di MotoGP ?
Grand Prix Macau
Empat tahun berselang sejak Grand Prix Macau pada 1970, Tjetjep terpaksa pensiun dari dunia balap motor. Kecelakaan di GP Batu Tiga, Kuala Lumpur, Malaysia, memastikan kondisi fisiknya tidak dapat lagi beradu cepat motor di sirkuit.
Meski begitu, Tjetjep tidak pernah betul-betul meninggalkan dunia balap motor sepenuhnya. Ia masih mengikuti perkembangan dunia balap motor, mulai dari pebalap yang beradu cepat di MotoGP, perkembangan mesin motor balap, sampai Sirkuit Mandalika.